Sabtu, 01 Oktober 2011

Malaikat untuk Septian



Malaikat untuk Septian
Berawal dari sebuah pertemuan yang akhirnya membuatku menjadi lebih dewasa, pertemuan yang
bisa membuat hidupku berubah total, juga yang bisa membuat ku menangis dan tersenyum bahagia dalam waktu bersamaan, pertemuan yang tak akan pernah bisa terhapus dalam memori ku, yang menjadi kenangan sepanjang hidupku dulu, sekarang, bahkan seribu tahun yang akan datang.
Sebuah malam yang dingin dimana aku sedang menunggu bus dengan beberapa orang disana yang keadaannya sama denganku. Basah kuyup kedinginan yang berharap kedatangan bus agar cepat datang untuk membawa kami pulang dan berganti pakaian sambil minum secangkir teh atau kopi yang sedikit bisa membuat badan lebih hangat dan nyaman.
Aku melihat sosok laki-laki tergletak di tengah jalan dengan keadaan tidak sadarkan diri. Sesegera mungkin aku menghampirinya dan berteriak minta tolong. Dan akhirnya terpaksa aku membawanya ke tempat kost ku. Dari situlah kedekatanku dengan septian, laki-laki yang aku tolong malam itu berawal. Setelah ia sadar ia bercerita tentang kejadian yang menimpanya malam itu.
Kejadian yang mungkin baginya sangat menyakitkan, karna ia harus kehilangan wanita yang benar-benar ia sayang yang, ia miliki selama hidupnya. Tapi entah mengapa aku merasa ia membutuhkan orang yang mau mendengarkan isi hatinya saat ini. Orang yang bisa membantunya menenangkan pikiran dan hatinya karna kejadian tadi.
Keesokan harinya setelah aku mengantarnya pulang dan aku kembali untuk kuliah, tiba-tiba ia mengajaku untuk makan siang bersama setelah selesai kuliah di sebuah restoran yang tak terlalu jauh dari kampusku.
Dengan berat hati aku menyetujuinya karna aku pikir ia akan lebih baik jika ada seseorang yang bisa menemaninya saat dia sedang kecewa seperti ini. Saat itu aku tak ada firasat apa-apa tentang dirinya padaku, tapi hati kecilku berkata bahwa ia nyaman di dekatku. Entah apa yang nembuat hatiku bisa berpendapat semacam itu.
 Tapi lama kelamaan aku merasa mulai mengenal sosok septian lebih dalam. Begitu juga ia terhadapku. Aku merasa menemukan seseorang yang belum pernah aku temui sepanjang perjalanan hidupku, seseorang yang bisa membuatku nyaman dalam keadaaan apapun, seseorang yang bisa sedikit merubah kebiasaanku yang cenderung keras menjadi sedikit agak lembut.
Yang bisa membuatku berfikir untuk lebih dewasa menatap ke depan. Aku yakin dia adalah orang yang masa lalunya pasti indah, dimana dia selalu dikelilingi oleh orang-orang tercintanya. Selalau bisa mendapatkan apa yang ia mau dengan mudah. Tapi aku salah, salah besar. Dia adalah orang yang nasibnya lebih buruk dari aku.
Dia lahir di dunia tanpa di temani oleh kedua orangtuanya, dia hanya hidup di sebuah panti asuhan bersama teman-teman yang nasibnya kurang lebih sama dengannya. Jujur aku tak yakin dengan apa yang aku dengar darinya, aku masih tidak percaya bahwa seseorang yang kelihatanya kuat sebenarnya sangat rapuh, sebenarnya ia sangat butuh perhatian yang sangat besar dari orang-orang di sekitarnya.
Sejak saat itu aku slalu menghabiskan waktu luang ku bersamanya. Mulai dari makan, ngerjain tugas, sampai nongkrong pun aku slalu bersamanya. Aku bahkan tak terlalu paham jika teman-temanku di kampus menanyakan hubunganku dengannya. Di bilang pacaran kita gak pernah menyinggung tentang masalah itu, di bilang sahabatan tapi sepertinya kita lebih dari sahabat.
Ahh... entahlah sejujurnya aku tak terlalu mempermasalahkan masalah statusku dengan septian. Yang terpenting adalah aku bisa menjadi orang yang selalu ada buatnya menurutku itu sudah sangat jauh lebih menyenangkan.
Akhir-akhir ini aku sangat sibuk dengan tugas kuliahku. Bahkan sekarang septian juga sedang sibuk dengan kerjaan part timenya. Dalam minggu ini saja aku hanya dua kali bertemu dengannya, itupun karna ada hal penting yang harus aku tanyakan langsung olehnya. Ia pun sedang asik menikmati dunia barunya sebagai fotografer. Setelah semua tugasku selesai, aku ingin sekali bertemu dengan septian.
 Aku memutuskan untuk mengajaknya makan malam. Tapi entah kenapa ia selalu menolak jika aku mengajaknya keluar, ia bilang pekerjaannya sedang menumpuk. Kira-kira satu bulan aku tak bertemu dengannya, jadi aku memutuskan untuk datang langsung ke tempat kerjanya dan memaksanya untuk makan siang bersamaku. Tapi sesampainya disana aku merasa terjatuh dari tempat yang tingginya beribu-ribu meter. Tak pernah terfikir dalam ingatanku bahwa septian sudah tidak masuk kerja selama dua minggu. Berarti slama ini ian membohongiku? Berarti selama ini aku tak tau apa-apa tentang septian ?
Akhirnya aku pergi ke tempat ia tinggal. Disana aku melihat septian sedang tertidur lemas tak berdaya dengan wajah yang sangat pucat. Jujur aku terkejut. Bagaimana aku tak mengetahui hal sebesar ini tentang dia.
 Kemana saja aku slama ini ? di kamar septian aku tidak sengaja menemukan sebuah hasil laboraturium yang menyatakan bahwa septian mengidap penyakit kanker otak yang sudah cukup parah. Aku merasa di tampar bercuta-cuta kali, sekujur tubuhku lemas. Dan tiba-tiba untuk pertama kalinya aku menangis karna laki-laki. Laki-laki yang slama ini aku kenal karna pikirannya yang dewasa ternyata mengidap penyakit mematikan.
Ian pun membuka matanya, ia mencoba tersenyum di hadapnku dengan wajah pucatnya. Seketika itu juga air mataku mengalir deras. Aku tak kuat lagi membendung air mataku. Aku hanya bisa berkata pada ian kalo aku akan selalu ada bersamanya walaupun dalam keadaan seperti ini.
“Sudah berapa lama lo bertahan dengan penyakit kayak gini ?
 Apa lo gak mikirin perasaan gue saat ini, ngelihat lo lemas gak berdaya. Kalo kayak gini caranya sama saja lo ngebunuh gue dengan cara halus ian.
” Aku mengatakannya dengan keadaan masih menangis. Ian hanya bisa mengusap air mataku dengan tangannya yang lemas.
 “gue sayang sama lo nid. Gue gak mau lo ninggalin gue, jadi gue pikir lebih baik gue yang menghilang dari loe secara perlahan.”
 Tapi gak kayak gini ian caranya, asal lo tau gue juga sayang, cinta dan jika ada kata-kata lain selain kata itu gue akan ucapin itu buat lo. Karna cinta dan sayang aja itu gak cukup ngegambarin isi hati gue sama lo ian. Gue gak mau kehilangan lo.
Sejak saat itu aku setiap hari ketempat ian. Membawakannya makan, menyuruhnya minum obat dan menemaninya terapi. Aku senang bisa selalu ada di sampingnya. Memberinya semangat untuk berjuang melawan penyakitnya, karna aku belum siap jika aku harus kehilangannya saat ini. Karna hanya dia yang bisa membuatku menangis dan tertawa dalam waktu bersamaan. Karna dia juga sekarang hidupku berubah.
Pagi ini aku mengajaknya ke taman untuk jalan-jalan dan meukar udara yang ada di paru-parunya dengan udara pagi yang segar. Disana aku bisa melihat bagaimana perjuanganya slama ini melawan penyakitnya. Tergambar jelas di matanya kalo dia lelah menghadapi hidupnya yang seperti ini. Tapi aku yakin dia bisa melewati semua ini. Tiba-tiba ia menanyakan sesuatu kepadaku.
“Nid, apa lo mau jadi malaikat buat gue?
” kenapa tiba-tiba lo ngomong kayak gitu ke gue ian ?
perlu lo ketahui nid bahwa di dunia ini semua anak punya malaikatnya di dunia, yaitu ibu. Tapi kenyataannya gue gak  pernah melihatnya langsung. Gue hanya bisa merasakannya di dalam hati. Gue tau kalo ia sayang sama gue. Tapi gue mau punya malaikat yang setidaknya bisa membuat gue bahagia, yang bisa men...
“yah gue mau ian jagi malaikat buat lo, lo gak perlu ngejelasin panjang lebar. Gue tau, gue akan berusaha untuk ngejagain lo meski kasih sayang gue gak akan pernah bisa buat ngegantiin nyokap lo.
 “Thanks ya nid lo udah mau ngabulin permintaan gue. I love u....”
Sekarang kehidupanku jauh lebih baik dari sebelumnya. Karna ada septian yang menemaniku. Setelah selesai ujian, aku bergegas untuk menemui septian di cafe favorit kita berdua. Dengan perasaan senang aku menunggunya. Satu jam berlalu tapi aku tak melihat kehadiran septian disini.
Tiba-tiba handphone ku berbunyi, nomer yang tak ku kenal menelponku dan mengatakan bahwa ian sekarang ada di rumah sakit dengan keadaan kritis. Tanpa pikir panjang aku langsung menuju ke rumah sakit dimana ian dirawat. Sesampainya disana, seorang dokter yang menangani ian mengatakan bahwa akibat bekerja terlalu keras kondisinya menjadi sangat lemah.
”Apa saya sudah bisa melihat kondisi ian dok?”
Baiklah, tapi tetap pastikan jangan membuatnya untuk berfikir terlalu keras. Aku hanya mengangguk dan langsung masuk ke kamar ian.
Disana aku hanya bisa berdoa kepada Tuhan tolong sembuhkanlah ian, buatlah ian menjadi ceria kembali. Aku tak ingin kehilangan ian Tuhan, karna aku tlah berjanji kepadanya bahwa aku akan menjadi malaikat terbaik yang pernah ia miliki.
“Aku sangat menyayangimu, sungguh.... kau adalah malaikat terbaik yang pernah aku miliki slama hidupku.
 Tolong tetaplah menjadi dirimu sendiri, dirimu yang selalu ingin menjadi yang terbaik bagi orang lain.
Aku ... aku akan selalu mengingatmu nid. Septian Arya Saputra berjanji bahwa akan selalu mengingat Tsananida Pratiwi dalam hati, pikiran, dan jiwanya sampai kapanpun.”
Aku hanya bisa menangis mendengar ia berbicara seperti itu dengan susah payah. Untuk terakhir kalinya septian mencium keningku dan menghembuskan nafas terakhirnya di pelukanku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar